Mendekap rindu dengan pergi ke Yogyakarta punya kesan khusus bagi banyak keluarga. Jika masih ada keluarga yang bingung mau berwisata ke mana, mungkin Agrowisata Bhumi Merapi menjadi jawabannya. Agrowisata Bhumi Merapi yang terletak di Jl. Kaliurang Km 20 itu merupakan destinasi yang memadukan spot foto dan wisata edukasi. Siapa pun yang datang tidak sekadar foto cantik atau foto ganteng untuk bahan mejeng di media sosial. Mereka juga ditawarkan pengetahuan untuk mengenal tanaman dan hewan melalui pengalaman perjumpaan. Baca Juga: Mengunjungi Museum Yang Pemiliknya Membuat Istana Presiden Di IKN Tempat wisata senyatanya sudah ada sejak 2015. Namun, tampaknya pengelola terus melakukan pengembangan untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan. Saat kami datang di Oktober 2021, ada area terbilang baru untuk spot foto. Dan terus berkembang sampai sekarang. Areanya memang luas. Parkir yang kerap
Wisata
Walau Beda Arah Politik, Ada Jejak Presiden Soeharto di Makam Bung Hatta
Banyak hal menarik dari sosok Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya hidup dan karyanya, makamnya pun menjadi magnet banyak orang untuk mengenalnya lebih jauh. Saya berkesempatan berziarah ke makam suami Siti Rahmiati Hatta itu. Berbeda dengan banyak tokoh perjuangan kemerdekaan yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Hatta dalam wasiatnya memilih untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum, yakni TPU Tanah Kusir. Baca Juga: Wisata Sejarah Fort San Pedro Filipina TPU Tanah Kusir terletak di Jalan Bintaro Raya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Jika tidak biasa lewat jalan sini, area pemakaman tidak begitu terlihat. Bahkan Makam Bung Hatta yang berbentuk Rumah Gadang yang berada di depan TPU juga tampil tidak mencolok. Hal ini tak terlepas dari lokasi makam yang lebih rendah ketimbang jalan dan banyak pohon merindang di pinggir jalan. Hatta tidak
Mengunjungi Museum yang Pemiliknya Membuat Istana Presiden di IKN
Menikmati seni seperti menelanjangi diri sendiri. Satu sisi merasa indah tapi juga malu, tetapi itulah realitas. Dari sanalah kita belajar banyak. Kali ini, karya seni yang saya nikmati ada di NuArt Sculpture Park, Bandung. NuArt Sculpture Park dimiliki oleh pematung sohor kebanggaan Tanah Air, yakni I Nyoman Nuarta. Bagi banyak orang, dia bukanlah orang asing. Seniman ini lahir di Kabupaten Tabanan Bali, 14 November 1951. Baca Juga: Rumah Inggit Garnasih: Arti Nama Inggit Dan Kisah Cintanya Dengan Soekarno Salah satu bagian utama NuArt Sculpture Park adalah Museum & Gallery. Di salah satu sudut museum disebutkan, Museum Nuarta adalah sebuah museum untuk pewacanaan. Sebagai orang Bali dan tumbuh dalam tradisi Bali, namun patung Nyoman di museum ini bukanlah patung tradisional Bali. Juga bukan patung modern. Nyoman Nuarta berkenalan dengan
Rumah Inggit Garnasih: Arti Nama Inggit dan Kisah Cintanya dengan Soekarno
Soekarno sebagai proklamator sudah selesai. Namun, mengulik kisah cintanya seperti tidak berujung. Kali ini, saya berkunjung ke Rumah Inggit Garnasih di Bandung, sekaligus mendengar bagaimana peran istri kedua Soekarno itu dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada Kamis, 6 April 2023, saya menjejak kaki di halaman rumah yang beralamatkan Jalan Ciateul No.8 Bandung, Jawa Barat. Namun, sejak November 1997 Jalan Ciateul berganti nama menjadi Jalan Inggit Garnasih. Bertepatan dengan pemberian Tanda Kehormatan 'Bintang Mahaputera Utama' kepada Inggit Ganarsih pada tanggal 10 November 1997. Baca Juga: Wisata Sejarah Fort San Pedro Filipina Bandung hari itu begitu terik dan warganya sibuk dengan ragam aktivitas. Rasa itu langsung sirna saat masuk ke rumah Inggit. Hawa sejuk begitu dominan di rumah bergaya Belanda itu. Seakan ranting rindang pepohanan melindungi siapa saja yang datang dari
Tanpa Menginap, Kita Bisa Wisata Rusa di Hotel Rancamaya
Matahari melepas kehangatan yang memberi semangat di pagi itu. Hari yang cocok untuk merengkuh semangat baru. Namun jangan lupa, selalu memakai masker. Virus mengintai siap menghancurkan niat baik kita untuk relaksasi dari kepenatan pembatasan sosial. Tepat pukul 09.00, 14 Juli 2020, kami sekeluarga memacu kendaraan menuju R Hotel Rancamaya. Dari Kelapa Gading kami menyusuri Jalan Yos Sudarso, Jalan Jenderal Ahmad Yani, menuju pintu tol Cawang untuk masuk Tol Jagorawi. Kenapa tidak masuk Tol Wiyoto Wiyono di depan Artha Gading? Jawabannya, hemat Rp 10.000, hehehe Hari itu, kami bisa berkendara maksimal 100km/ jam. Satu mobil dengan lainnya bisa menjaga jarak aman, sekitar 70-100 meter. Alhasil, 50 menit kemudian kami sampai di exit tol Ciawi. Artinya R Hotel Rancamaya yang berjarak sekitar 62 km dari Jakarta sudah tidak jauh lagi. Baca
Tips Travelling di Tengah Merebaknya Virus Corona
Virus Corona alias Covid-19 sudah ditetapkan sebagai pandemik karena sudah menyebar secara global. Termasuk Indonesia. Ada banyak usaha dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus tersebut, salah satunya membatasi travelling. Ada baik dan benarnya kita tidak dulu melakukan perjalanan ke luar kota atau bahwa luar negeri. Baik untuk keperluan pekerjaan/ bisnis apalagi untuk travelling. Karena dalam perjalanan ke tempat tujuan atau di tempat tujuan sendiri kita tidak pernah tahu bertemu dengan siapa, apakah dia/ mereka terpapar atau tidak. Juga apakah segala sesuatu yang kita sentuh bebas virus. Namun demikian, jika dengan alasan tertentu yang mendesak maka travelling tidak bisa dihindari, maka baik jika memperhatikan beberapa hal. Di antaranya yang bisa saya sharingkan dalam kesempatan ini adalah: Baca Juga: Mencoba Ritual Dan Belanja Kalap Ke Kuil Sensoji Asakusa Tiket Refund Pergi
Mencoba Ritual dan Belanja Kalap ke Kuil Sensoji Asakusa
Kata orang, bagi yang baru kali pertama ke Jepang, salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah Kuil Sensoji. Sehari sebelum meninggalkan Jepang kami pun nekat pergi ke kuil yang terletak di Asakusa itu. Petualangan yang seru dan semua souvenir yang kami inginkan, ternyata didapatkan di sana. Sekitar 10 hari kami di Jepang. Tujuan pertama adalah ke Sapporo, Hokkaido. Kemudian kami menginap di Shinjuku beberapa hari sebelum balik Jakarta. Pada 6 Oktober 2017, Sari dan saya pisah rombongan. 4 orang lain pergi ke daerah yang bagi kami tidak menarik. Kami pun memutuskan untuk pergi ke Asakusa. Bagi kami ini perjalanan nekat, karena ini perjalanan pertama di Jepang dan selama di sini kami hanya ngikut aja sama yang lain. Secara mereka udah beberapa kali trip ke Negeri Sakura ini. Baca Juga:
Disaat Saya Kehabisan Uang Tunai di Karimunjawa
Indonesia sebagai negara kepulauan menawarkan pemandangan yang menggoda. Dalam satu pulau, kita bisa melepas penat dengan berlarian di pantai, menyapa ratusan ikan dan gugusan terumbu karang, sampai menikmati pemandangan dari atas bukit/ gunung. Keunikan wisata ini menjadi salah satu pemersatu antara saya dengan isteri. Jika ada waktu libur yang cukup senggang, kami akan memilih untuk wisata pulau. Salah satu travelling yang cukup berkesan adalah saat berkunjung ke Pulau Karimunjawa beberapa tahun yang lalu. Untuk ke sana, kami memilih menggunakan jalur darat. Dari jakarta kami naik kereta api dengan jurusan Stasiun Gambir - Stasiun Semarang Tawang, Jawa Tengah. Ini adalah kali pertama saya naik kereta siang hari melewati jalur utara. Ternyata, perjalanan menuju kota yang oleh Belanda dijuluki Veneti
Wisata Sehari ke Tegal, Lengkap dengan Tarif Tol
Hidup di kota besar seperti Jakarta, kerap membuat saya susah curi waktu liburan ke luar kota. Kalau cuman Bogor, saya mah tiap weekend pulang ke rumah Bogor sambil kulineran. Kalau ke Tegal? Emang bisa apa berwisata ke Tegal dalam satu hari? Pada 20 September 2019 jam 05.00 adalah puncak dari kerempongan selama sebulan. Tatkala matahari masih enggan bangkit dari peraduannya, mesin mobil sudah menyala. Mata yang belum sepenuhnya menyadari beda bantal dengan sandaran jok mobil, tetapi sudah awas menatap obyek yang terkena pancaran sinar headlamp. “Apakah sudah siap? Tak ada yang ketinggalan?” kata saya sambil menatap Yosef dan Sari, serta tumpukan barang di sisi ruang mobil. Ceritanya, Yosef adik bungsu saya mau pindah ke Tegal. Setelah 5 tahun bekerja di Mayora dengan penempatan terakhir di
Apa yang Ditawarkan Jepang Juga Ada di Jakarta
Membicarakan Jepang sebagai sebuah negara maju sudah biasa. Menyebut Jepang sebagai negara yang memiliki alam yang indah juga sudah tidak lagi asing. Ada banyak orang Indonesia menuliskan hal itu setelah pulang berkunjung dari sana. Namun bagi saya, yang luar biasa itu adalah bagaimana sebuah negara maju tetapi bisa tetap melestarikan alamnya. Melihat Jepang adalah melihat sebuah cara baru bagaimana menilai sebuah negara maju. Negara yang maju tidak lagi dilihat sekadar seberapa hebat bangunan fisik yang dibuat, sudah bermain ke industri manufaktur, nilai kursnya tinggi, masyarakatnya makmur, dan lain sebagainya. Kini negara bisa dibilang maju jika kemajuan industrinya diikuti dengan melestarikan alam dan budaya. Kanal Otaru yang sangat bersih. Sungai tidak bau dan bisa dijadikan transportasi sungai yang ramah wisatawan. Burung pun tak