Pandemi Covid-19 di Indonesia menyebabkan krisis ekonomi yang bisa dibilang lebih parah dari tahun 1997-1998. Kali ini krisis menghantam semua sektor. Pelaku UMKM yang dulu menjadi tulang punggung ekonomi nasional, sekarang mereka turut terkapar. Banyak negara sudah mengumumkan jatuh resesi. Tidak main-main ada Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, lalu di kawasan ASEAN ada Singapura dan Filipina terjerat resesi. Bagaimana dengan Indonesia? Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi -5,32 persen pada awal Agustus. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan jika pada kuartal III 2020 ekonomi kita kembali minus maka diduga kuat Indonesia ikut terjun ke resesi. Baca Juga: Apa Mungkin Pekerja Freelance Punya Apartemen Idaman? Sayangnya, kali ini pelaku UMKM tidak bisa membantu perekonomian nasional. Covid-19 membuat semua golongan
Lifestyle
Covid-19 Tunjukkan Bahwa Kebutuhan Primer itu Rumah, Bukan Boba
Pangan, sandang, dan papan yang dirangkum sebagai kebutuhan primer sudah tak asing terdengar. Sejak kecil, orang tua dan guru selalu mengingatkan betapa pentingnya kita memenuhi 3 kebutuhan mendasar tersebut. Namun, semakin umur bertambah kebutuhan tersebut tak otomatis dapat dipenuhi. Terutama kebutuhan akan papan, alias rumah. Sebagai bocah Sekolah Dasar, waktu itu saya berpikir bahwa kebutuhan dasar sudah otomatis melekat atau dimiliki oleh setiap orang. Jika tidak terpenuhi, artinya orang tersebut mati atau tidak hidup dengan layak. Orang tidak bisa makan, akan mati. Orang tidak bisa berpakaian, akan membuat malu diri sendiri, orang lain, dan menjadi risi bagi siapapun yang melihatnya. Orang tidak punya rumah? Jawabannya, banyak! Artinya, banyak orang hidup dengan tidak layak. Data Badan Pusat Statistik tahun 2019 menyebutkan, persentase rumah tangga di DKI Jakarta tinggal di rumah sendiri sebanyak
Apa Mungkin Pekerja Freelance Punya Apartemen Idaman?
Investasi kerap menjadi diksi ekonomi yang seolah mengandung strata menengah ke atas. Padahal, siapa saja bisa kok melakukan investasi. Sama seperti semua orang, dengan gaji berapapun juga bisa menabung. Lalu bagaimana dengan para pekerja freelance? “Berapapun gaji kita pasti bisa berinvestasi dan menabung,” kata Ghita Argasasmita, Founder & Financial Adivisor Integrita, dalam talkshow Investasi Mudah untuk Pasangan Muda di Marketing Gallery Apartemen Mahata Margonda, Depok, Jawa Barat, 30 November 2019. Kuncinya, sambung Ghita, menyadari uang kita. Dari kesadaran itulah lahir sikap bagaimana kita menghargai uang yang kita miliki. Uang tidak datang dengan sendirinya, tetapi hasil dari kerja keras. Jadi ke mana uang kita alokasikan harus disadari supaya kita tidak kaget sendiri, belum akhir bulan uang sudah habis dan kita tidak punya apa-apa. Ivan Resaprianto selaku Project Manager Mahata Margonda Perum
Anak Tes Bakat Minat Sebelum Pilih Jurusan, Emang Ngaruh?
Anak adalah aset berharga bagi orang tua bahkan untuk bangsa Indonesia. Sayangnya, sistem pendidikan kita pada umumnya tidak mendukung tumbuh kembang anak, sehingga kemampuannya tidak berkembang maksimal dan optimal. Kini ada alat bantu tes untuk mengetahui bakatnya, minat, serta kepribadiannya. Hal ini sejalan dengan program merdeka belajar yang tengah digalakkan oleh pemerintah. Ada beberapa studi yang menunjukkan perlunya perubahan sistem pendidikan kita. Pertama, studi Kementerian Kesehatan menyebut 15,3 persen pelajar di Indonesia memiliki kemungkinan hambatan belajar dan kebutuhan edukasi khusus. Data lain yang mirip, 10 – 15 % dari seluruh siswa SD dan SMP memiliki hambatan perkembangan belajar. Studi ini dilakukan Depdiknas tahun 2003. Masalah seperti ini juga terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat, namun jumlahnya hanya 5 %. Data lain
Menjadikan Cashback ala Milenial untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan
Pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo memiliki pola yang unik, karena mengusung 2 isu sekaligus. Pertama adalah infrastruktur dan kedua milenial. Infrastruktur digenjot karena menjadi sarana kemajuan. Tanpa kita sadari, infrastruktur ini dibuat berdarah-darah demi pelaku kemajuan itu sendiri, yang tidak lain adalah kaum milenial Indonesia. Itulah mengapa, Jokowi dengan gayanya ingin merangkul kaum milenial untuk mau digerakkan maju seiring dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Karena merekalah yang nantinya menjadi aktor kemajuan bangsa. Hal ini tidak lepas dari riset yang dilakukan IDN Research Institute bersama Alvara Research Center. Mereka mengungkap bahwa saat ini ada 63 juta kaum milenial dari sekitar 265 juta total penduduk Indonesia dengan usia 20 - 35 tahun. Jumlah yang cukup signifikan untuk mengubah atau menentukan masa depan Indonesia.
Mengenal Secara Sederhana, Apa Itu Kebijakan Makroprudensial
Kondisi ekonomi nasional saat ini baik, sehat, dan stabil. Namun demikian, dilihat dari kuadran ekonomi kita sedang berada di bawah. Artinya, ada pesimisme di dalam ekonomi sehingga sangat hati-hati dalam mengembangkan usaha atau menyalurkan kredit. "Menurut saya, ini saatnya LTV (loan to value) dilonggarkan untuk mendorong kredit sampai 3-4 tahun ke depan untuk mendorong perekonomian nasional," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung, dalam kesempatan Nangkring Bersama Bank Indonesia Bertema Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan di Jakarta, 26 Juni 2019. Juda mengakui bahwa sejak beberapa tahun terakhir, pihaknya menyadari situasi ini dan telah mengambilkan kebijakan makroprudensial akomodatif setidaknya sampai 4 tahun ke depan. Langkah konkretnya adalah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM), melonggarkan LTV sejak 2015 setidaknya sampai 2018, meningkatkan Rasio
Dulu Takut, Sekarang Saya Ketagihan Berutang
Judul tulisan ini sepertinya boombastis, atau kerap disebut clickbait. Saya tegaskan, inilah yang terjadi pada saya. Percaya atau tidak, saya sendiri kerap geleng-geleng melihat perubahan sikap ini. Kata "Utang" menjadi momok tersendiri bagi saya. Sudah sejak lama saya meyakini bahwa utang adalah parasit dalam keuangan saya. Ketika sudah berkeluarga, keyakinan itu semakin kuat karena keuangannya tidak lagi bersifat pribadi. Oleh karena itu, mendengar "utang" saja, saya memilih untuk menutup telinga. Dari sisi eksternal, ada banyak kisah pilu yang dialami orang karena terlilit utang. Bahkan tidak sedikit karena utang, orang bisa melakukan tindak pembunuhan atau malah mengakhiri hidupnya. Cerita utang semakin seram terdengar. Dalam perjalanan waktu, sikap saya terhadap utang semakin melunak. Pada akhirnya, utang terpaksa menjadi pilihan ketika kebutuhan pokok saya bernilai tinggi.
Kementan Luncurkan B100, BBM Dari 100% CPO untuk Dunia
Istilah Biodiesel B100 akan terus terasa asing jika Capres 01 tidak menyebutnya dalam sesi debat. Apalagi, B100 disebut dalam dua kali kesempatan debat. Saya pikir, bahan bakar murni dari minyak nabati ini hanya "jualan" di masa kampanye. Tetapi, hari ini, B100 itu siap untuk diujicobakan. "Ini adalah arahan Bapak Presiden, agar B100 bisa kita rebut. Ini adalah salah satu bentuk perlawanan kita untuk melawan black campaign yang dilakukan Eropa terhadap CPO kita. Dan Sekaligus mengangkat kesejahteraan petani-petani kita," kata Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP, Menteri Pertanian RI saat meluncurkan secara resmi uji coba perdana produk Biodiesel B100 di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin 15 April 2019. Baca Juga: Di Tengah Debat “Unicorn,” Start Up Lokal Qlue Raih Penghargaan Internasional Menurut Arman, uji coba ini adalah