Mengunjungi Museum yang Pemiliknya Membuat Istana Presiden di IKN

Facebooktwitteryoutubeinstagramby feather

Menikmati seni seperti menelanjangi diri sendiri. Satu sisi merasa indah tapi juga malu, tetapi itulah realitas. Dari sanalah kita belajar banyak. Kali ini, karya seni yang saya nikmati ada di NuArt Sculpture Park, Bandung.

NuArt Sculpture Park dimiliki oleh pematung sohor kebanggaan Tanah Air, yakni I Nyoman Nuarta. Bagi banyak orang, dia bukanlah orang asing. Seniman ini lahir di Kabupaten Tabanan Bali, 14 November 1951.

Baca Juga: Rumah Inggit Garnasih: Arti Nama Inggit Dan Kisah Cintanya Dengan Soekarno

Salah satu bagian utama NuArt Sculpture Park adalah Museum & Gallery. Di salah satu sudut museum disebutkan, Museum Nuarta adalah sebuah museum untuk pewacanaan. Sebagai orang Bali dan tumbuh dalam tradisi Bali, namun patung Nyoman di museum ini bukanlah patung tradisional Bali.  Juga bukan patung modern.

Nyoman Nuarta berkenalan dengan seni patung modern ketika mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FRSD ITB) tahun 1970-an. Seni patung di sini menganut aliran realistik. Nyoman sendiri datang dengan pengalaman nol besar terkait dunia patung. Namun hebatnya dia mampu menyerap semua ilmu patung dengan baik. Saat dunia akademis memperkenalkan aliran seni abstrak, Nyoman setia dengan seni realistiknya.

Area Lobby Museum & Gallery

Mayoritas hidup berkarya Nyoman berada di Bandung, jauh dari kampung halamannya di Bali. Jejak seni Bali jelas masih melekat, walau Nyoman nyaman dengan aliran yang mendaku. Tentu kita tidak asing dengan seni Bali yang menvisualisasikan bentuk terdeformasi. Hal ini tak lepas dari kepercayaan orang Bali yang percaya bahwa manusia atau binatang yang berada di dunia tidak nyata. Mereka punya bentuk yang berbeda dengan apa yang bisa kita lihat di dunia nyata. Lagi-lagi, Nyoman dengan penuh kesadaran memilih untuk membentuk karyanya yang realistik.

Karakter berkesenian Nyoman Nuarta semakin kokoh saat dia memilih logam sebagai bahan mematung. Secara tradisonal, seniman patung terikat pada material kayu atau batu. Namun, Nyoman membuat patung logam yang konstruktif dengan teknik las. Pendekatan ini membuatnya semakin liar dalam berkarya yang mengarah sampai berskala bangunan.

Bagaimana Nyoman ingin memvisualisasikan yang tidak keliatan menjadi tampak sekaligus indah, seperti angin di karya ini.

Burung Garuda

Inspirasi yang tercermin dari banyak karya Nyoman, tampak bahwa Nyoman tidak mengkhinati tradisi yang turut membentuknya. Sebagaimana kebanyakan pematung Bali, Nyoman juga terikat pada kehadiran patung yang secara tradisional melekat dalam budaya Bali. Paling jelas, kita bisa melihat dua karya terakhir yang fenomenal.

Pertama yang sangat layak disebut adalah Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana yang luasnya mencapai 250 hektar di Bali. Yang menjadi pusat di TBGWK tak lain adalah Patung GWK yang tingginya 121 meter dengan berat 4.000 ton, melebihi Patung Liberty yang 93 meter.

Ikon baru Bali ini dibuat Nyoman selama 28 tahun dan diresmikan Presiden Jokowi pada 22 September 2018. Patung GWK adalah patung Dewa Wisnu yang menunggang Burung Garuda. 

Replika Patung Garuda Wisnu Kencana yang berada di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Bali.

Kedua, Nyoman sedang membangun Istana Garuda yang akan menjadi Istana Presiden di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur. Secara konsep dan bentuk, Nyoman mengklaim bahwa Istana Garuda akan menjadi istana presiden pertama di dunia yang dibangun sebagai sebuah karya seni. Sedangkan dari sisi teknis, Istana Garuda akan menggunakan teknologi pembuatan patung yang telah dipatenkan.

“Sosok burung yang berasosiasi pada garuda dalam Istana Garuda akan dibangun dari kerangka baja, serta cangkang dari tembaga, kuningan, galyalum dan kaca. Tembaga dan kuningan selanjutnya akan mengalami proses oksidasi, sehingga perlahan-lahan akan berwarna hijau tosca yang matang,” ucap Nuarta.

Pengunjung berfoto di depan replika Istana Garuda yang menjadi Istana Presiden di Ibu Kota Nusantara, Kalimatan Timur.

Garuda Wisnu Kencana dan Istana Garuda menunjukkan kepada kita bagaimana Nyoman melepaskan batasan karyanya. Karya seninya bukanlah bagian dari sebuah bangunan, tetapi menjadi bangunan itu sendiri. Burung Garuda yang ada di dua karyanya itu seolah ingin mengatakan bahwa Bali tetap mengalir dalam setiap hembusan napasnya. Sebagai informasi, Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berasal dari India dan berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6.

Mengamati karya-karya Nyoman di museumnya, kita juga bisa melihat kejeniusan Nyoman. Adalah benar, Nyoman menampik karya yang menggambarkan dunia tidak nyata atau menvisualkan makhluk dari dunia tidak nyata. Tetapi, dia memilih untuk merealistikan apa yang tidak nyata menjadi nyata dalam indra kita. Contoh yang banyak kita temui di karyanya adalah menggambarkan angin yang tidak bisa dilihat menjadi begitu nyata lengkap dengan gambaran kecepatannya.

Sampaikan Pesan Sosial

Pada akhirnya, sebagaimana seniman pada umumnya, Nyoman juga ingin menyampaikan kegelisahan dirinya melalui karya. Setiap kali kita melihat karyanya, ada pesan dan refleksi untuk kita dan juga masyarakat secara umum. Inilah yang oleh Popo Iskandar, seni merupakan hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan ke orang lain dalam kesadaran hidup berkelompok/ bermasyarakat.

Sebagai contoh, patung bertajuk “Nightmare” terinspirasi dari kerusuhan 13-15 Mei 1998 di Jakarta yang salah satunya ditandai dengan kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa. Pesan yang mirip juga disampaikan dengan karya bangunan seperti gereja yang terbakar.

Patung “Nightmare”

Lalu “First Fight” yang merupakan patung seekor anjing tengah merobek karpet. Anjing itu merobek karpet, karena ia tak suka dengan bayangannya sendiri. Artinya musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.

Patung “First Fight”

Ada satu karya yang punya dimensi juga luas, yakni “Oplosan.” Nyoman tersentak dengan realitas masyarakat terutama banyak anak muda yang mati hanya karena meminum alkohol campuran (oplosan).

Patung “Oplosan”

NuArt Sculpture Park tidak hanya museum dan galeri seni. Di sini juga ada fasilitas ruang audio visual, amphitheater, dan taman patung yang terkadang digunakan pula sebagai ruang seni bagi seniman-seniman lain. Para pengunjung akan diajak ke ruang audio visual untuk menyaksikan visi dan misi Nyoman dan mengapa membangun NuArt Sculpture Park.

Sebanyak 110 karya Nyoman Nuarta memenuhi seluruh area NuArt Sculpture Park, mulai dari halaman depan, lobby, museum, area Amphitheatre, Dome dan taman patung, hingga area workshop yang merupakan tempat produksi karya.

Separuh dari total karya berada di area Museum & Gallery, memamerkan sedikitnya 50 karya Nyoman Nuarta dari berbagai periode. Area Museum & Gallery yang memiliki 2 lantai ini menjadi rumah bagi karya-karya Nyoman Nuarta yang dihasilkan dari tahun 1975 hingga 2019.

Dua kali saya ke sini, dan ini adalah kunjungan pertama saat pandemi COVID-19 masih melanda, 10 Juli 2022.

Jika kita butuh asupan jasmani setelah jiwa dikenyangkan oleh karya Nyoman, kita bisa bersantai di kafe Copper and Brass dan Laxmi Resto. Bagi yang ingin membawa pulang buah tangan, pengunjung juga bisa menambah koleksi seni di Craft Boutique yang ada di area NuArt Sculpture Park.

Di bagian belakang ada workshop tempat Nyoman Nuarta memproduksi karyanya. Tentu area ini terbatas. Saat saya mendekat, satpam langsung keluar dari pos dan mengampiri saya. Tempat inilah yang belum lama dikunjungi Presiden Jokowi

Alamat dan Harga Tiket

NuArt Sculpture Park yang sebelumnya bernama Sculpture Garden resmi dibuka untuk umum sejak tahun 2000. Lokasi NuArt Sculpture Park berada di Jalan Setra Duta Raya No. L6 Ciwaruga, Kecamatan Parongpong, Bandung Barat, Jawa Barat.

Jika ingin ke sini, NuArt Sculpture Park buka tiap hari kecuali Senin, jam 08.30 – 17.00.  Harga tiketnya Rp50.000 untuk dewasa, sedangkan pelajar Rp25.000.

Saya ke sini dua kali. Yang pertama, 10 Juli 2022. Setahun kemudian datang kembali, 1 Juli 2023. Pada kunjungan kedua, saya tidak masuk ke dalam area museum.

Ada banyak spot foto menarik di area NuArt Sculpture Park
Facebooktwitterby feather
wawan
Tanpa rokok, kopi saya menenteramkan nalar dan hati. Sembari terus menggulat di bidang komunikasi. Dulu menulis, lalu belajar fotografi dan kini bermain dengan videografi. Semua dijalani karena panggilan dan semangat berbagi. Terima kasih untuk atensinya, Tuhan memberkati.
https://www.onetimes.id

Leave a Reply

Top