Habis Misa di Bandung Laper, Langsung Ngafe di Kopi Purnama

Facebooktwitteryoutubeinstagramby feather

Kerja sambil jalan-jalan, menjadi lengkap saat menyatukan hati dalam Perayaan Ekaristi. Sabtu sore, saat pekerjaan beres kami bergegas ke Gereja Katolik Santo Paulus di Jl. Moch. Toha, Bandung, Jabar.

Inilah kali pertama kami misa di Gereja yang berdasarkan buku babtis sudah berdiri sejak 1939. Misa mulai jam 17.00 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Maklum saat itu masih pandemi, tepatnya pada tanggal 9 Juli 2023.

Baca Juga: Di Sela Kerja, Bisa Kabur Keliling Dan Kulineran Di Bangka

Selesai misa saya menemui Boni, teman saya, yang bekerja di gereja. Setelah basa-basi sebentar, melucurlah pertanyaan paling mendasar, “Laper nih, yuks cari tempat makan yang punya kopi enak.” Seolah tampa berpikir panjang, Boni langsung mengajak kami ke “Kopi Purnama.”

Info awal, Kopi Purnama yang beralamat di Jl. Alkateri No.22, Braga itu merupakan salah satu tongkrongan legendaris. Kami pun meluncur dengan rasa penasaran. Ternyata jaraknya tidak jauh, hanya 1,5 km dari gereja atau 7 menit saja dengan mobil.

Cahaya lampu tidak terlalu terang saat masuk ke Jalan Alkateri. Namun, bagian depan Kopi Purnama cukup terang sehingga mudah menandainya. Jalanan tidak terlalu besar namun mobil bisa parkir. Fasad Kopi Purnama membuktikan bahwa bangunan ini sudah ada sejak 1930 atau 93 tahun yang lalu.

Hebatnya, Kopi Purnama yang kini dikelola generasi keempat tetap mempertahankan karakter bangunan dan keaslian makanannya sejak pertama kali didirikan. Kedai tidak berubah sama sekali, hanya memperluas ruang makan dengan menambahkan struktur baru di belakang yang lama.

Saat masuk ke ruang depan, tampak langit-langitnya tinggi. Tidak ada tambahan AC. Bangunan seperti ini menjaga sirkulasi udara terutama saat pengunjung menikmati kopi sembari merokok. Kebiasaan yang lazim ditemui di kedai kopi.

Interior juga tampak asli, seperti ditunjukkan perabot antik berupa kursi kayu, meja marmer, dan diperkuat oleh beberapa foto jadul kota Bandung. Hal ini semakin menjadi magnet wisata kopi yang erat hubungannya antara sejarah dan budaya kopi. Apalagi dari segi bangunan juga bersejarah, lekat dengan Belanda dan sejarah Kemerdekaan Indonesia makin menambah pengalaman wisata yang unik.

Pendiri Kopi Purnawa juga unik, karena bukan orang Bandung atau Jawa Barat. Jong A Tong yang mendirikan kedai merupakan pendatang dari Medan. Mulanya, kedai diberi nama “Tjhiang Shong Shi” yang berarti ”Silakan Cicipi!” Namun karena kebijakan pemerintah waktu itu, nama kedai berubah menjadi “Purnama” pada tahun 1966.

Baca Juga: Inilah Kuliner Legendaris Bantul Versi Pemda Bantul

Dari dulu, jam buka kedai memang dari pagi untuk mengakomodasi mereka yang mau sarapan. Jika mau datang ke sini, Kopi Purnama sudah buka jam 06.30 dan baru tutup jam 21.00. Menu andalan yang dari dulu tidak berubah adalah Roti Srikaya dan Kopi Susu yang memang cocok untuk sarapan atau di sore hari. Salah satu pelayan bilang, kalau jam tersebut biasanya jam 08.00 hingga 10.00.

Kedua menu itu tentu menjadi pesanan wajib kami. Karena datang dalam keadaan lapar kami juga pesan mie tek-tek yang juga direkomendasikan. Untuk camilan kami melahap Keju Aroma dan Singkong Goreng. Untuk Keju Aroma, rasanya unik dan bikin nagih. Belum pernah saya mencicipi makanan seperti itu.

Facebooktwitterby feather
wawan
Tanpa rokok, kopi saya menenteramkan nalar dan hati. Sembari terus menggulat di bidang komunikasi. Dulu menulis, lalu belajar fotografi dan kini bermain dengan videografi. Semua dijalani karena panggilan dan semangat berbagi. Terima kasih untuk atensinya, Tuhan memberkati.
https://www.onetimes.id

Leave a Reply

Top