Inilah Kuliner Legendaris Bantul Versi Pemda Bantul

Facebooktwitteryoutubeinstagramby feather

Kabupaten Bantul menjadi salah satu daerah di Yogyakarta yang memiliki daya tarik wisatawan. Padahal sekitar 20 tahun lalu, orang masih malu mengakui dirinya berasal dari Bantul. Image Bantul sebagai daerah miskin dan terbelakang, menjadi latar belakangnya.

Dalam perkembangannya, Bantul semakin berkembang dan telah diakui secara nasional memiliki potensi industri kreatif yang tinggi. Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan bahwa daerahnya ditetapkan sebagai Kabupaten Kreatif Kriya terkuat di Indonesia pada tahun 2016. Hal tersebut dikatakannya saat menerima Tim Majalah AKSES dari Ditjen Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kementerian Luar Negeri di Gedung Induk Manggala Parasamya Bantul, 3 September 2019.

Baca Juga: Ramen Ichiran, Sensasi Makan Seperti Di Perpustakaan

Khusus di sektor pariwisata, yang masuk dalam industri kreatif, pendapatannya mengalami peningkatan signifikan dalam 2 tahun terakhir. Jika pada 2016 PAD-nya hanya Rp12,8 miliar, tahun-tahun berikutnya menjadi Rp17 miliar (2017) dan Rp29 miliar (2018). Khusus tahun lalu, pendapatan yang diraih melebihi 110 persen dari target, yang disumbang oleh 3,67 juta wisatawan yang berkunjung ke Bantul.

Pak Timboel di Timboel Art Gallery miliknya di Bantul

Bantul memiliki potensi yang lengkap. Saya yang masuk dalam rombongan menyaksikan dari video bagaimana Bantul menawarkan kemolekan alam, keragaman budaya, keramahan penduduk, keunikan kerajinan kriya, dan tidak ketinggalan sajian kuliner legendaris pada setiap wisatawan. Bahkan di akhir acara, kami berkesempatan berkunjung ke sentra UKM di Bantul dan menjajal salah satu kuliner khas yang memang layak untuk dicoba.

Tempat pertama yang kami datangi adalah sentra industri gerabah Kasongan, tepatnya ke Timboel Art Gallery. Kami diterima langsung oleh Pak Timboel, pemilik galeri. Dari situ kami menuju Sanggar Peni Krebet. Sanggar yang didirikan oleh Kemiskidi ini mengkhususkan pada kriya batik kayu. Bentuknya sangat beragam, mulai dari topeng, tokong wayang, sampai berjenis hewan.

Sanggar Peni Krebet

Perjalanan dilanjutkan ke tempat makan. Bantul adalah daerah pertama yang menyajikan kuliner ingkung jawa. Kami pun mendatangi Ingkung Jawa Waroeng nDesso, yang adalah tempat makan pertama yang mempopulerkan ingkung. Tempatnya dan sajian makannya sederhana, membuat saya teringat saat pulang kampung ke rumah mbah, yang juga berada di Bantul.

Makan kelar, tenaga dan semangat kembali terisi untuk melanjutkan perjalanan ke sentra batik tulis di Giriloyo. Di sentra batik terta di Bantul ini, kami disambut Nur Ahmadi, pemilik showroom batik tulis Sekar Arum di Giriloyo dan Susilo Hapsoro, Lurah Desa Wukirsari. Perjalanan berikutnya kami menuju Tatah Sungging, pusat kerajinan wayang kulit dan terakhir berhenti di Kecamatan Bambanglipuro tempat UMK pengepakan biji vanilla siap ekspor.

Nur Ahmadi di sentra batik tulis di Giriloyo.
Kerajinan wayang kulit Tatah Sungging di Bantul

Dari perjalanan ini, ada banyak cerita yang bisa dibagikan. Satu hari yang sangat produktif dan memberi suntikan rasa bangga pada kekayaan Indonesia yang beragam. Berikut adalah daftar kuliner legendaris versi Pemerintah Kabupaten Bantul. Jangan sampai tidak mencobanya ya kalau berkunjung ke Yogyakarta. Kalau sempat mampir ke kampung halaman saya juga ya, hehehe

Ingkung Jawa

Menurut Muslih, awalnya sajian ingkung diperuntukkan sebagai sajen atau kelengkapan ritual. Namun dalam perkembangannya, ingkung menjadi kuliner khas Bantul yang dimasak tanpa tambahan penyedab kimia. Ingkung adalah ayam kampung yang dimasak dan disajikan secara utuh yang disajikan dengan nasi, dan sayur khas bantul yang dinamakan gudeg manggar. Beda dengan gudeg Jawa yang dibuat dari gori atau nangka muda, gudeg manggar berbahan baku bunga kelapa.

kuliner bantul, ingkung jawa

Kuliner ingkung terpusat di Kecamatan Pajangan, Bantul. Beberapa tempat makan yang menyajikan ingkung yakni, Ingkung Jawa Waroeng nDesso, Waroeng Ingkung Joglo, Warung Ingkung Tepi Sawah, Ingkung Mbah Demang, Ingkung Kuali, Ingkung Pak Budi, Ingkung Ayam Jawa Sor Sawo, Ingkung Rumah Dhuwur, dan Gubuk Bambu Ingkung.

Mie Des Khas Pundong

Kuliner mie sudah umum di seluruh dunia. Tetapi mie des dari Kecamatan Pundong, Bantul ini memiliki kekhasan yang bisa mendunia. Jika mie biasanya dibuat dari tepung terigu, tetapi ini dari tepung tapioka atau dari ketela/ ubi kayu. Sajiannya bisa digodok, bisa juga digoreng. Pokoknya dijamin maknyos. Yang penasaran, langsung cussss

Mie Des khas Pundong, Bantul. Foto: TribunNews

Emping Melinjo

Bantul adalah salah satu sentra penghasil emping, kerupuk yang dibuat dari buah melinjo. Pada waktu saya kecil, rumah mbah yang ada di Imogiri Bantul banyak ditanami pohon melinjo. Begitu pula tetangga di desa. Kalau saya jalan ke pasar dari rumah mbah, selalu saja terdengar orang membuat emping dengan memukul buah melinjo sampai gepeng.

Ibu-Ibu PKK di Pedukuhan Tegal Kenongo, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul sedang membuat emping. Foto: Pemkab Bantul

Geplak Peyek Mbok Tumpuk

Klitikan khas Bantul tak hanya emping, tapi juga geplak dan peyek. Sentra pembuatan panganan ini ada di daerah Gose, Palbapang. Orang pertama yang memprakarsai pembuatan camilan legit in adalah Mbok Tumpuk sekitar tahun 1975. Maka salah satu tempat membelinya adalah di Geplak dan Peyek Mbok Tumpuk. Apa itu geplak? Geplak adalah makanan yang terbuat dari campuran parutan kelapa, gula Jawa dan gula pasir.
 

Proses pembuatan peyek di Geplak Peyek Mbok Tumpuk. Foto: www.traveltodayindonesia.com

Jamu Gendong

Jamu adalah warisan kuliner dan budaya dari leluhur kita yang sangat berharga. Bantul menyadari kekayaan ini. Maka sebagai usaha melestarikan warisan sekaligus memajukan kesehatan dan pariwisata, dibuatlah Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan, Canden, Jetis, Bantul.

Sentra Jamu Gendong di Desa Kiringan Bantul. Foto: joss.co.id

Bakmi Jawa

Mungkin kita semua sudah pernah mendengar panganan Bakmi Jawa. Tapi siapa sangka awal mula bakmi ini dari Bantul. Sebagai orang Indonesia kita harus bangga punya makanan universal seperti mie ini. Jangan hanya menerima mie dari negeri Tiongkok, Italia, Jepang atau Korea saja. Cobalah dan banggalah dengan nikmat alaminya Bakmi Jawa. Satu yang melegenda di Bantul adalah Bakmi Jawa Mbah Mo di Code, Bantul.

Bakmi Jawa Mbah Mo. Foto: Travelingyuk

Mangut Lele

Lele (Clarias) atau dalam bahasa Inggris disebut cat fish juga diterima sebagai bahan makanan universal. Tetapi sekali lagi, Bantul punya cara khas mengolahnya dengan ramuan rempah dalam Mangut Lele. Mestinya, sasaran kuliner ini bukan hanya wisatawan lokal, tetapi juga wisata asing yang penasaran bagaimana rasa cat fish ala Bantul. Ada dua tempat makan Mangut Lele yang legendaris yakni Mangut Lele Mbah Marto di Nengahan, Imogiri, Bantul dan Mangut Lele Bu Is di Jl. Imogiri Barat No.12, Turi, Sumberagung, Kec. Jetis, Bantul.

Mangut Lele Mbah Marto. Foto: phinemo.com

Kuliner Belut

Belut atau welut dalam bahasa Jawa adalah sumber protein yang khas untuk orang Indonesia. Mestinya, hewan yang banyak di sawah ini bisa menjadi daya tarik kuliner untuk wisatawan mancanegara. Apalagi ditambah narasi kuliner welut khas Bantul yang legendaris. Ada dua tempat makan yang patut disatroni, yakni Pecel Welut Mbah Warno di Sendang, Kasihan Bantul dan Sambel Welut Pak Sabar di Glagah Kidul, Tamanan, Kec. Banguntapan, Bantul.

Pecel Welut Mbah Warno. Foto: Brilio

Sate Klathak

Panganan sate memang Indonesia banget. Tetapi negara di belahan dunia lain juga mengenal olahan daging ditusuk lalu dibakar, sebut saja Filipina, Timur Tengah, Korea, Jepang, sampai Nigeria. Tapi Indonesia punya cerita dan Jogja adalah istimewa, maka di sini tusukannya bukan dari bambu tetapi jeruji besi atau jari-jari sepeda. Bumbunya pun hanya garam saja. Tapi rasanya menggelegar. Itulah kekhasan Sate Klathak khas Bantul. Ada banyak yang berjualan dan melegenda, 3 di antaranya adalah Sate Klathak Mas Jono di Wonokromo, Imogiri, Bantul; Sate Petir Pak Nano di Tirtonirmolo 90, Kasihan, Bantul; Dan Sate Kambing Mbah Somorejo di Tobratan, Wirokerten, Bantul.

Sate Klathak Mas Jono. Foto: sonofmountmalang
Facebooktwitterby feather
wawan
Tanpa rokok, kopi saya menenteramkan nalar dan hati. Sembari terus menggulat di bidang komunikasi. Dulu menulis, lalu belajar fotografi dan kini bermain dengan videografi. Semua dijalani karena panggilan dan semangat berbagi. Terima kasih untuk atensinya, Tuhan memberkati.
https://www.onetimes.id

Leave a Reply

Top