Dua Anak SMA Ini Bangun Idealisme Kebangsaan Melalui Kafe

Facebooktwitteryoutubeinstagramby feather

Jemari belia bergerak lincah meracik kopi. Proses dimulai dengan menggiling kopi secara halus, ditimbang dengan ukuran tertentu, lalu dimasukkan ke dalam porta filter. Kopi yang telah menjadi bubuk diratakan dan dipadatkan (tamping), sebelum akhirnya disedu dengan coffee machine.

“Semua tahapan ini harus dilalui dengan sempurna, untuk hasil kopi yang kita inginkan. Apalagi espresso menjadi bahan dasar untuk membuat jenis kopi lainnya seperti café latte dan cappuccino,” ujar Kane Kusumo (15) saat mempraktikkan bagaimana membuat espresso.

Baca Juga: Milenial Ini Telah 3 Tahun Mengusung Budaya Indonesia Di Cafenya

Keahlian tersebut didapat Kane setelah menekuni dunia barista bersama kakaknya Kyle Kusumo (17). Bekal ini melengkapi tekad mereka untuk berbisnis kuliner di usia muda dengan membuka Tantular Cafe. Malalui kafe berlokasi di Kedoya Jakarta Barat ini, mereka ingin menunjukkan bahwa passion dan jiwa entrepreneur harus diasah sedini mungkin. “Kami memang suka masak dan tertarik dengan bisnis. Kami bersyukur orang tua kami mendukung penuh,” ungkap Kane yang diamini Kyle.

Menurut Kyle, cafe yang mereka kelola dibangun atas dasar cinta pada kekayaan budaya Indonesia, entah dalam bentuk makanan maupun kerajinan. Dimulai dengan pemilihan nama “Tantular” yang merujuk pada Mpu Tantular. Pujangga sastra Jawa yang hidup pada abad ke-14 itu adalah penulis kakawin Sutasoma. “Di salah satu bait dari kakawin Sutasoma itu diambil menjadi motto atau semboyan negara kita Bhinneka Tunggal Ika.”

Suasana Tantular Cafe yang homy
Suasana Tantular Cafe yang homy

Maka tidak heran kalau interior kafe dibuat Indonesia banget. Saat pengunjung melewati pintu masuk, terdapat mini galeri yang menampilkan koleksi kain batik dan kerajinan berbahan kulit. Selangkah lebih jauh, kita seolah diajak keliling Indonesia melalui lukisan dinding bergambar Candi Borobudur, rumah adat Wae Rebo, Pura Ulun Danu, dan Raja Ampat.

Makanan yang disajikan pun menu tradisional Indonesia dengan rasa dan komposisi asli. “Ada pecel, bubur manado, nasi uduk, dan soto solo. Pecel kami unik karena pakai kecipir, sesuatu yang sudah langka. Hal senada juga berlaku untuk menu minuman,” ujar Kyle yang lahir di Jakarta 3 Juli 1998.

Tidak mengherankan, kalau salah satu pengunjung memiliki kesan “seperti pulang kampung.” Untuk menguatkan kesan tersebut, Kyle dan Kane yang tetap aktif sekolah ini mengarahkan Tantular Cafe sebagai rumah ketiga, baik untuk para pengunjung maupun mereka sendiri. “Rumah pertama adalah rumah kita sendiri, rumah kedua adalah sekolah, dan Tantular Cafe adalah rumah ketiga bagi kita semua,” tandas Kyle.

Hot cappucino, salah satu menu minuman andalan
Bakso Malang yang menyegarkan
Pecel yang rasanya ngangeni.
Orang Manado sendiri mengaku Bubur Manado di sini enak sekali.

Untuk itu, ruangan kafe dibuat lega, ceiling dibiarkan tinggi dengan tata cahaya yang baik. Pancaran matahari berpadu dengan lighting ruangan yang sempurna, membuat orang betah melakukan berbagai aktifitas. Mereka yang hendak mengerjakan tugas, meeting, seminar atau arisan dapat melakukannya dengan tenang karena dilengkapi fasilitas internet yang cepat. Uniknya, Tantular Cafe memfasilitasi para gamer dan penggila sepak bola. Ada ruangan khusus bagi mereka yang ingin bermain game dan fasilitas untuk nonton bareng dengan kualitas HD. “Jenuh di luar? Kami sediakan area outdoor yang sangat homey,” tambah Kane yang lahir di Jakarta, 15 Mei 2000.

Anak pertama dan kedua dari pasangan Kustiawan Kusumo dan Irene Julia Setiawati itu menyadari bisnis kuliner memiliki tantangan besar. Ada begitu banyak pemain di bisnis ini. Apalagi, mereka terhitung sebagai pemain baru yang sangat belia. Namun, mereka tetap memiliki optimisme yang tinggi. “Dengan menghadirkan tradisi kuliner Indonesia plus kekayaan budayanya, kami yakin ini sebagai pembeda dengan tempat nongkrong lain. Apalagi kami akan terus explore menu tradisional lain untuk disajikan, sesuai dengan tagline Tantular Cafe, Taste The Beauty of Indonesia,” tutup Kyle.

Facebooktwitterby feather
wawan
Tanpa rokok, kopi saya menenteramkan nalar dan hati. Sembari terus menggulat di bidang komunikasi. Dulu menulis, lalu belajar fotografi dan kini bermain dengan videografi. Semua dijalani karena panggilan dan semangat berbagi. Terima kasih untuk atensinya, Tuhan memberkati.
https://www.onetimes.id

Leave a Reply

Top